Selasa, 05 Desember 2017

Talk with Strangers (ep 4)

Assalamualaikum  wr.wb.. Jangan lupa untuk selalu salam, karena kalo bingung mau mulai chat apa pada awalnya yaaa say hi aja dulu, dibales atau ga ya urusan belakangan haha... Selamat malam dan selamat datang dizembeeeer :’) Malam ini langit sedang cerah-cerahnya dan supermoon  indah banget… Ga perlu banyak kata-kata, tapi satu hal yang perlu ditulis adalah “kalian harus lihat langit malam ini!!!” Ternyata bahagia sesederhana itu. Ga perlu banyak prolog karena malam ini lagi-lagi gue semangat untuk nulis. Banyak  hal yang ingin dibagi dan entah mungkin karena rasanya lagi suntuk dan mood ga bersahabat jadi lebih baik nulis untuk mengobati segala kegelisahan. Dan sebenernya bukan cuma suntuk, tapi kok hati rasanya lagi sensitif banget yaaa. Ya sudahlah nanti juga ilang sendiri kan.

Supermoon malam ini indah banget, sayang aja hasil jepretan kamera hp ga seindah penglihatan mata :)

Kali ini gue mau bahas stranger lagi. Karena stranger disini seorang ibu dan ia sendirian jadi kalo pake –s itu ya namanya es cendol wkwk (apasiiihhh). Seorang ibu disini gue temui beberapa waktu yang lalu saat di masjid. Termasuk salah satu masjid terbesar di Asia tenggara, yang ada di Indonesia yaitu Masjid Istiqlal. Cerita bermula gue abis main sama temen gue dan akhirnya memutuskan untuk ke masjid karena matahari hampir tenggelam. Setelah sholat kita istirahat meluruskan kaki. (Kaki gue pegel banget sumpah).  Syahdu banget di dalam masjid rasanya, di dalam masjid gue ngerasa bukan apa-apa subhanallah, merasa kecil banget sebagai manusia itu ya, entahlah sedikit perasaan dekat dengan-Nya. Di saat kita istirahat itulah ada ibu-ibu ikut nimbrung obrolan kita. “fotonya bertiga terus ya, pamali kalo bertiga. Harusnya saya ikut tuh di foto” haha kita menanggapi ibu itu dengan senyum semangat (lagu smash buuuu). Dan singkat cerita obrolan berlanjut, awalnya kedua teman gue ikut ngobrol tapi mereka punya urusan masing-masing. Satunya sakit perut dan yang satunya sibuk edit foto wkwk. Alhasil si ibu memberondong pernyataan dan gue timpali dengan jurus kekepoan yang akut ini.
Singkat cerita yang kita obrolin ibu ini punya anak yang sedang kuliah dan karena sakit ia menjenguknya. Sakit ala-ala anak kosan kalo gue bisa tebak ya paling kecapean, maag, atau sakit perut karena makan sembarangan. Entahlah gue ga bertanya anak ibu itu sakit apa. Pada intinya ibu ini bercerita tentang anak sulungnya itu dan merasa bangga sekali dengan anaknya. Pasti sudah semestinya dan jadi hal wajar seorang ibu membanggakan anaknya. Obrolan seputar ibu bercerita tentang anaknya gue jadi keinget mama  gue di rumah wkwk. Perasaan orang tua karena anaknya yang merantau di tempat orang apakah seputar pertanyaan “udah makan belum? makannya pake apa? sehat-sehat kan di sana? kerja/kuliahnya rajin ga ya?” ataupun seputar perintah “jangan lupa makan! Jangan kesiangan berangkatnya! Jangan makan sembarangan nak!” Cuma orang tua yang tau gimana rasa khawatir yang sebenarya. Tapi satu hal yang harus kita tau, mereka akan pasang badan paling depan buat anaknya.
Selaluuuu aja ya, kebetulan yang menguntungkan. Suatu kebetulan gue baru aja menemui seorang ibu yang membuat gue kepengen banget bahas orang tua, belum lama ini masih anget-angetnya gue selesai nonton drama korea  “Reply 1988”. Sumpah cape banget gue nontonnya ga selesai-selesai kemarin tuh wkwk.  Di salah satu adegannya si ibu itu pergi dari rumah untuk jenguk ibunya di kampung halaman. Akhirnya suami dan kedua anaknya mengurus dirinya sendiri selama 2 hari ke depan. Saat ibunya balik, mereka jadi bisa ngurus semua hal di rumah yang sebelumnya selalu minta bantuan ibunya. Tapi anehnya  si ibu merasa saat itu mereka bisa hidup tanpanya sehingga buat dia malah sedih. Dan pada akhirnya Jung-Hwan merasa ada yang salah sama sikap ibunya dan kembali ke masa-masa mereka selalu minta bantuan  ibunya dalam melakukan apapun. Disitulah ibunya merasa menjadi seperti biasa dan dialah yang selalu diandalkan oleh anak dan suaminya. Kalo tadi drama, realitanya sih ya anak lebih baik ngurus hidupnya sendiri deh yaaa biar ga nyusahin. Tapi yang lebih penting, jangan sedikitpun menyakiti hatinya. Wah kadang tanpa sadar mah ada aja ya…. Sudah pasti orang tua mau segala sesuatu yang terbaik buat anaknya, dan balasannya sebagai anak adalah ya seenggaknya jangan buat orang tua khawatir. Cekcok itu pasti ada, tapi apa ga lebih baik dibicarakan baik-baik. Kalo kabur-kaburan itu pengecut namanya kan (!) (okeeeee ini intermezzo)
Balik lagi ke ibu stranger, gue seakan melihat betapa berjuangnya dia menyekolahkan anaknya dan bersemangatnya ia bercerita anak itu bercita-cita memajukan tempat kelahirannya kelak.  Betapa senangnya saat anaknya bisa mendapatkan beasiswa, dan bisa membantu sesama dengan mengajar. Dan nilai plusnya adalah ia bercerita bahwa anaknya itu rajin ikut kegiatan keagamaan dan insyaallah soleh. Karena memang sudah seharusnya dengan berilmu itu pasti beriman. Semakin tinggi ilmu seseorang, semakin tinggi pula keimanannya. Semakin tebal keimanan kita pada Tuhan semakin merasa kecil kita di hadapan Tuhan. Ibarat milyaran bintang yang tersebar di alam semesta, kita hanyalah setitik debunya.

Kalo kata goliath, cukup sampai disini karena waktu sudah hampir sepertiga malam. Ini efek tidur sore akhirnya mata belum mau kompromi dibawa tidur dan akhirnya nulis lagiiiii deh ini wkwk. Karena ide pun sedang ga banyak jadi misi malam ini selesai. Dan teruntuk kamu… bukan karena lagi nugas kok, see!!! Haha… Oke selamat malam dan Wasalamualaikum wr.wb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar